Selasa, 22 Desember 2015

Belang (part 1)

Halo, selamat pagi!
Gue mulai rajin update blog, kan~? Ufufufu..

Sekarang ini gue mau bahas sebuah pengalaman yang baru-baru ini gue jalanin dan pastinya nggak akan gue lupain seumur hidup.

Seperti yang kalian ketahui, tahun 2016 gue akan dilantik menjadi ketua HIMJA periode 2016-2017. Yap, Denchan ketua himpunan sekarang. Menjadi ketua itu nggak gampang, apalagi di kampus gue punya berbagai prosedur demi menyiapkan mental dan fisik untuk menjadi ketua. Siap nggak siap, mau nggak mau, harus dilakukan.

Salah satu program yang sebisa mungkin gue hindarin tapisayangnyanggakbisa adalah Experiential Learning. Lah, emang kenapa mau dihindarin, den?
Kata ketua HIMJA sebelumnya, di sana tuh kita disiksa. Seriously?!
Katanya disiksa sampe dicambuk-cambuk pake kawat berduri kayak singa sirkus yang nggak mau lompatin fire ring, atau digantung dengan posisi kepala di bawah sambil disayat-sayat kayak daging kebab. Katanya, di sana kita akan mengalami banyak aktivitas yang sangat padat dan melelahkan selama seminggu. Oh ya? Gue pun jadi penasaran sekaligus excited.

Experiential Learning diadakan dari tanggal 29 November - 5 Desember 2015, bertempat di Waduk Jatiluhur - Purwakarta. Sebelumnya, ada briefing terlebih dahulu. Lebih ke arah ngasih tau peralatan apa aja yang harus dibawa di sana. Sumpah, bejibun loh bawaannya. Baju dan celana pasti lah, ya. Kita disuruh untuk bawa sunblock, after-sunburn, bedak bayi, lotion anti nyamuk, minyak zaitun, dan berbagai lotion yang sungguh jarang gue pakai meskipun gue berjenis kelamin perempuan. Meskipun demikian, gue jabanin aja beli semua. Ya iyalah, kalo gue nggak beli, nggak yakin gue bisa survive di sana.

Lalu hari yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Dengan restu orang tua dan pacar (oke, dia nggak restuin anw) akhirnya gue pergi dengan membawa tas gunung gede dan tas ransel kesayangan. Gila, tas gunung aja lebih gede ketimbang badan gue.
Kita disuruh kumpul jam 1 siang di depan admisi untuk melakukan pengecekan barang-barang, apakah sudah dibawa atau belum.
Briefing + pengecekan barang sebelum pergi ke Jatiluhur


Di sana kami masih bisa ketawa-ketiwi, bersenda gurau dan mengakrabkan diri dengan sesama korban ketua. Ya, mungkin ini tawa kami yang terakhir......

Kemudian kami dibagi menjadi 2 grup untuk naik ke bus. Untung ada Ardev, at least gue nggak sendirian :"D
Di bus pun kami masih berisik, masih bisa karaokean, masih bisa nyemil dengan enaknya, masih bisa selfie atau wefie. Tapi ketika sudah masuk ke rest area KM 57, semua keadaan berubah..... Wajah anak-anak mulai tegang meskipun mereka tutupi dengan candaan yang terdengar krenyes-krenyes. Gue menutupi kegugupan gue dengan cara ngobrol bareng Ardev yang duduk di samping kanan gue. Ya, kami berdua gugup sekaligus excited.

Suasana di luar bus sudah gelap dan kami masuk ke dalam hutan-hutan. Entahlah kami dibawa ke mana, tapi sepertinya kami diajak berkeliling sejenak untuk mengulur waktu. Bahkan kami sempat terhenti entah karena apa, katanya sih nyasar.. Tapi nggak mungkin lah ya, wong ada penjaga di samping sopir.

BRAK!! BRAKK!! BRAAKK!!
"WOI TURUN SEMUA!!!"
"TURUUNN!!"
"LAMBAT SEKALI KALIAN!! JONGKOK SEMUA!!"
BRAAKK!!! BRAAAKK!!

Yak, neraka pun dimulai......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar