Sabtu, 25 Maret 2017

DIY - How to Make an Organizer

Hallo semua~!
Kali ini gue mau share ke kalian tentang hasil crafting yang beberapa hari lalu gue buat. Well yeah, gue demen crafting. Entah bikin sesuatu dari kain flanel, buat gelang misanga (gelang dari benang warna-warni), atau utak atik kardus hingga jadi barang yang emang lagi gue butuhin.

Beberapa hari yang lalu, gue (berhasil) bikin sebuah organizer atau tempat buat taruh-taruh barang supaya lebih rapi. Gue bikin itu supaya barang-barang buat perawatan wajah dan tubuh yang biasa ditaruh di atas meja bisa lebih rapi dan nggak jatuh-jatuh. Selama ini, barangnya jatuh-jatuh mulu gara-gara sering kesenggol (iya, gue ceroboh). Waktu itu sempet kepikiran buat beli, tapi gue itu tipe orang yang bakalan males keluar duit kalo barang yang gue butuhin bisa gue bikin sendiri. Dan kebetulan di kosan ada kardus sisa pindahan dan ga bisa gue pake, so why not?



Foto di atas adalah contoh dari organizer yang gue buat dari kardus bekas. Gue bikin semalaman gara-gara males banget mungutin peralatan yang jatuh dan emang lagi mood crafting.

Nah, di bawah ini gue bakalan share cara gue bikin organizer kayak di atas!

DIY - HOW TO MAKE AN ORGANIZER
Disclaimer: gue buat ini terinspirasi dari video-video DIY di Youtube dan dikembangkan sendiri. Silahkan buat sesuai dengan kreatifitas kalian masing-masing, ya~

Bahan:
📍 Kardus bekas
📍 Kertas lipat
📍 Kertas kado
📍 Pernak-pernik hiasan

Alat:
📌 Gunting
📌 Lem kertas
📌 Selotip
📌 Lem UHU / lem tembak

Cara buat:
1. Tentukan ukuran organizer yang mau dibuat
Sebelum membuat, sebaiknya kita harus tau terlebih dulu ukuran tempat yang akan kita letakkan organizer. Karena tempatnya kecil, gue memutuskan untuk membuat organizer dengan panjang 15 cm dan lebar 21 cm.

2. Potong kardusnya~
contoh kardus yang sudah dipotong sesuai pola.
Seperti yang bisa dilihat di foto sebelumnya, organizer yang mau gue bikin terdiri dari 3 ruang. Ruang untuk peralatan berukuran besar, ukuran medium, dan yang paling depan untuk peralatan berukuran kecil. Maka, gue membagi ukurannya menjadi 10 cm (utk yang besar), 6 cm (utk yang medium), dan 5 cm (utk yang kecil).

3. Lapisi alas dan 'dinding pembatas' dengan kertas lipat/ kertas kado
Jika sudah dipotong sesuai dengan ukuran, lapisi dulu alas dan dinding pembatas agar lebih colorful~ Lapisannya tergantung selera kalian, ya! Bisa dari kertas lipat, kertas kado, atau kalau mau lebih keliatan vintage bisa pakai koran/ buku bekas.

4. Susun dinding menggunakan selotip/ lem tembak


Setelah dilapisi, susun dinding-dindingnya dengan selotip atau lem tembak. Kebetulan gue nggak punya lem tembak, jadi pake selotip deh~ Akan lebih rapi lagi kalau pake lem tembak sih. Kalo pake selotip keliatannya kurang rapi dan kurang aesthetic *halah*

mending pake lem tembak kan, ya......
3 susun~

5. Kuatkan 'dinding' memakai lem UHU
supaya dinding-dinding nggak lepas, oleskan lem UHU di bagian dalam antara dinding-dinding supaya lebih terlihat rapi dan kuat~ Kalo kesenggol nggak bakalan lepas~

6. Hias Organizer supaya lebih indah (?)
Berhubung gue pake selotip dan hasilnya jadi glossy-glossy ga jelas, ya udah gue tutupin pake hiasan supaya aesthetic #apaansihden

TADAAAAAA JADI DEH~~


🎀  🎀  🎀  🎀  🎀  🎀  🎀  🎀

Nah, sekian tutorial bikin organizer ala Denchan~
Maafkan kalo kalimat yang gue pake kesannya aneh dan nggak dimengerti. Gue bingung ngejelasinnya lewat tulisan gini :'D

Semoga bermanfaat buat kalian, ya!
Kapan-kapan gue post DIY lainnya *kalo nggak mager*

See you! 💜

Minggu, 19 Maret 2017

Magang Seminggu di Jepang - Santapan Lainnya

Halo~!
Setelah postingan sebelumnya ngebahas tentang makanan-makanan yang gue nikmatin selama seminggu di Jepang (bisa dilihat di sini! ), sekarang gue mau ngebahas tentang santapan selain makanan (?)

Minuman kemasan seharga 100-an yen.
Minuman kemasan. Pastinya nggak asing di masyarakat Indonesia. Banyak minuman dalam kemasan botol atau kertas yang dijual bebas, mulai dari air mineral, teh, kopi, susu, dan lainnya. Dijualnya pun dengan harga terjangkau dan sangat mudah ditemukan, apalagi kalau cuaca lagi panas-panasnya.

Nah, pengalaman lucu bersama minuman kemasan bermula ketika gue baru pertama kali sampai di hotel. Gue memutuskan untuk pergi ke Seven Eleven karena butuh minuman dingin, manis, dan segar (kebiasaan kalo lagi gerah), dan kebetulan tokonya dekat dengan hotel. Setelah memilih-milih teh dan lagi malas baca kanji, pilihan jatuh ke sebuah teh dalam kemasan botol seharga 125 yen (setara Rp 15.000,00). Setelah bayar, gue langsung cepat-cepat buka dan minum. Sumpah ya, PAHIT BANGET. Gila, gue beli teh apaan nih?! (gue beli teh yang tulisannya 'ryoku cha' alias Japanese Tea, makanya pait)

Merasa nggak sanggung menghabiskan, gue beli teh kedua di jidouhanbaiki atau vending machine. Gue berharap semoga ada teh yang rasanya manis atau at least, bisa diminum dan dinikmati. Ya sudah, gue beli yang warnanya menarik dan yang tulisannya bisa gue baca. Pilihan jatuh ke sebuah teh darjeling. Masukkin koin 100 yen, pencet tombol minuman, keluar deh. Ternyata rasanya sama aja....... 😩😩

Oke, ada dua botol teh yang super pahit (yang darjeling nggak sepahit teh sebelumnya, tapi tetep aja pahit) dan gue sangat sangat butuh minuman manis. Mencoba peruntungan kembali di vending machine depan hotel. Ada milk tea, lemon tea, darjeling tea, air mineral, dan sebagainya. Oke, gue pilih lemon tea aja, at least ada asem-asemnya. Setelah gue coba... AKHIRNYA MANIS!! Ada rasa asamnya tapi it's okay~ Ufufufu...

Jadi, buat kalian yang mau pergi ke Jepang, jangan berharap nemu minuman teh kemasan yang rasanya manis, ya. Orang Jepang lebih suka rasa teh yang alami, jadi nggak dikasih pemanis buatan. Buat mereka, teh punya rasa manis tersendiri, jadi rasanya jangan dirusak..

🍥 🍥 🍥 🍥 🍥 🍥 🍥 🍥

Choco Baby 🍫
Choco Baby itu nama salah satu merk permen cokelat di sana. Geu beli di Aeon Market, deket hotel juga. Awalnya sih, mau beliin buat senpai yang nitip. Tapi karena penasaran, gue juga jadi ikutan beli. Eh malah ketagihan....

Harganya 400-an yen. Rasanya nggak begitu manis, tapi pas buat lidah gue. Mungkin pakai sedikit dark choco kali ya. Buat kalian yang suka cokelat dan ingin mudah dibawa ke mana aja, silahkan beli~ Sebenernya ada banyak cokelat yang gue makan, tapi cokelat yang satu ini membekas di hati 💕

💚 💙 💚 💙 💚 💙 💚 💙

Dan yang terakhir....

Matcha~
Nggak afdol ke Jepang kalo nggak nyoba yang satu ini. Beruntung banget gue diajak Pak CEO ke sebuah kedai buat minum matcha. Setelah kenyang habis makan kari, diajak pula kemari. Kedainya kecil, cuma ada 3 meja yang masing-masing bisa diisi 4 orang. Suasananya pun tradisional, ala-ala rumah jaman dulu. Pintu geser, interior kayu, aksesoris ruangan yang menggambarkan Jepang banget, seperti lukisan, tulisan kanji, dan sebagainya.

Rasa matcha-nya tentu aja pahit. Tapi entah kenapa gue suka, karena cukup kental dan panas. Kalau kepahitan, bisa ditolong dengan kue daifuku. Isinya kacang merah dan rasanya cukup manis. Bener-bener pas perpaduan antara daifuku dan matcha~

Kalo dari segi harga, gue ga tau. Gue langsung dipesenin dan nggak ada buku menunya 😂

😸 😸 😸 😸 😸 😸 😸 😸

Sekian tulisan gue kali ini~ Awalnya mau gue tambahin di postigan sebelumnya, tapi udah kepanjangan. Semoga bermanfaat buat kalian!

Magang Seminggu di Jepang - Mangan Wuenak!

Halo, blog! Lama tak bersua~! 🙋
Entah mengapa rasanya gue pengen sharing mengenai kegiatan yang membuat gue bahagia di tahun lalu. Basi sih, tapi gue belom cerita di blog ini, kan?

Sesuai judulnya, yup... Gue sempat magang di Jepang, lebih tepatnya di Jimbocho - Tokyo. Kesempatan yang sepertinya nggak akan gue dapatkan lagi di lain kesempatan. Keinginan gue dari jaman SMP untuk pergi ke Jepang terpenuhi, apalagi dapet tiket dan akomodasi gratis. Nikmat mana lagi yang kau dustakan??

Thank you so much to Ozora Publishing yang sudah membuat gue dan Alvin (temen sekelas sekaligus se-internship gue) mempunyai kesempatan sekali seumur hidup ini. Pak CEO, Pak Manager, dan kakak-kakak karyawan di perusahaan sana baik-baik semua, terlebih pada mau bantuin kalau bingung komputer kantor error dan gue ga bisa baca kanjinya. Yang awalnya kita pikir bakalan strict dan serius banget kayak gambaran perusahaan Jepang pada umumnya, ternyata nggak juga tuh! Pakaian bebas, santai, meskipun harus mau dan rela lembur demi kepuasan klien (buat karyawannya doang, anak internship mah apa atuh). Bingung mau berterima kasih dengan cara apa, gue hanya bisa membalasnya dengan mengerjakan kerjaan dengan baik dan benar :') Meskipun kerjaannya sangat bertolak belakang dengan jurusan gue..

🌸 🌸 🌸 🌸 🌸 🌸 🌸 🌸 🌸 🌸

Kalau posting tentang kerjaan pasti ngebosenin. Soalnya kerjaan gue dari hari Senin sampe Jumat di bulan September awal itu ya cuma NGODING (yes, koding. Bikin website, masukkin data ke website, edit-edit, dsb. Ga nyambung kan?)

Nah, yang mau gue ceritain adalah kegiatan lain di luar kerjaan. Entah ketika gue diajak makan, diajak jalan-jalan, dan pengalaman-pengalaman seru lainnya.

Datang ke negeri orang lain tentunya yang paling sering dipikirkan adalah "Ntar mau makan apa ya?" atau kalau yang udah tau, pikirannya pasti "Ntar mau makan ini, ah!". Well, keduanya sih pemikiran gue di kala sehari sebelum berangkat. Satu-satunya yang kepikiran di otak cuma 'sushi' dan 'ramen'. Ya ampun, otak gue standar banget yak.

Makanan memang jadi incaran gue, terlebih gue suka dengan makanan Jepang. Apa aja sih, makanan Jepang yang ada di Indonesia? Sushi? Ramen? Udon? Tempura? Rata-rata makanan yang kayak gitu dan udah ada pengaruh lokalisasi *ecie* karena tentunya supaya bisa diterima oleh lidah orang Indonesia. Lidah kita yang udah terbiasa dengan cita rasa yang kuat akibat rempah-rempahan, kemudian disuguhin makanan Jepang yang notabene cukup 'hambar', bisa ngga laku kali...

Jadi, apa aja yang udah gue santap selama di sana?? 😏😏😏😏 Mungkin postingan gue bisa dijadikan referensi buat kalian yang mau ke Jepang sekaligus icip-icip makanan~

Disclaimer:
Makanan yang gue makan tidak terjamin kehalalannya  😊
semua penilaian hanyalah penilaian secara pribadi 😊

🎶 🎶   🖊 🍍 🍎 🖊   🎶 🎶


🎌 MAKANAN DI PESAWAT ANA (All Nippon Airways) 🎌

Makanan komplit di pesawat <3
Perjalanan selama 7 jam lamanya dan tanpa transit pasti disuguhkan makanan melimpah. Foto di atas adalah salah satu menu makan siangnya. Ada omelette telur plus tomat panggang, Soba beserta saus kecapnya, salad, buah potongan melon dan pepaya, roti polos beserta mentega, dan yakult. Omelette telurnya enak, tapi hambar dan dingin. Sedikit tertolong dengan tomat panggangnya yang enak *gue suka tomat* meskipun udah dingin juga 😒 Sobanya enak, agak keras, tertolong dengan saus kecapnya yang cukup asin *suka asin~*. Salad-nya sih not bad, rotinya juga not bad, buah potongnya untung rasanya manis. Nggak usah tanya rasanya Yakult kayak apa, ya!! 😂

Taste: 3/5
Portion Size: 3/5
Price: *expensive af* *of course*


🎌 SARAPAN DI RESTORAN HOTEL 🎌
Nasi, sup wakame (rumput laut), salad, kimchi, sayuran fermentasi yang nggak tau namanya apa

Nasi, sup tahu, salad, kimchi, lobak iris
Gue dan Alvin menginap di Hotel YMCA, Jimbocho - Tokyo. Tenang, kami dapat kamar terpisah kok *lol*. Setiap malam, kami diberikan kupon makan pagi di restoran hotel oleh resepsionis. Menu makan paginya cuma ada 4 jenis, Paket Sup Wakame, Paket Sup Tahu, Paket Tom Yam, dan Western Breakfast. Karena gue tau Tom Yam itu pasti pedes, gue nggak pernah pesan..

Menurut gue, Sup Wakame yang paling enak di antara menu paket lainnya. Soalnya sup wakame yang lebih berasa ketimbang yang lain. Seperti yang udah gue bilang di atas, makanan Jepang rata-rata hambar. Tertolong dengan adanya rumput laut yang dari asalnya sudah berasa gurih. Well, buat kalian yang suka makanan pedas, bisa coba paket Tom Yam. Meskipun buat gue, rasa Tom Yamnya masih kurang, rasanya nanggung banget. Nasi yang dipakai lebih pulen dibanding nasi di Indonesia. Bulir-bulir nasinya lebih kecil dan bantet (?), jadi lebih pulen dan nikmat, terlebih ketika masih panas. Tapi memang dasar lidah orang Indonesia, rasa dari makanannya nanggung. Di saat itu, gue jadi nyesel nggak bawa kecap manis..................

Sup Tahu nikmat juga, meskipun hambar. Makan pakai nasi pun masih nanggung rasanya. Tertolong dengan adanya kimchi, salad, dan irisan lobak. Pertama kali makan kimchi demi memenuhi selera makan.......


Nasi, sup Tom Yam, salad, kimchi, irisan lobak
Sup Tom Yam lumayan enak, meskipun gue nggak begitu bisa menikmati karena rasanya cenderung pedas dibandingkan asem segar. Berbeda dengan Tom Yam di Indonesia, Tom Yam di hotel ini rasanya pun nanggung. Tapi at least, badan berasa hangat dan segar karena rasa asam dari bumbunya.

Abaikan gue yang kefoto.
Dan yang terakhir, Western Breakfast. Menu standar ala bule. Roti panggang, telur mata sapi, sosis goreng, dan salad. Rasanya.... biasa aja. 😂😂😂 Bahkan kalau gue yang bikin, bisa lebih enak daripada yang di hotel sana. Nilai plusnya, ketambahan bonus orange juice.

Ah ya, minuman yang tersedia di sana hanya air putih dingin dan kopi panas. Ada gula dan creamer yang bisa dipakai sesuka hati. Jangan ngarep ada es teh manis..

Taste: 3/5
Portion Size: 3,5/5
 *it was enough for me. but it wasn't for Alvin*
Price: 5/5
 *yeah bcs it was FREE from the hotel*


🎌 SUSHI 🎌

ini piring. #yha

Iye, gue tau. Gue lupa fotoin sushinya, jadi gue kasih foto piring bekas sushi yang gue makan. Gue makan sushi di Haneda Airport, tempat gue landing di Jepang. Kondo-san, pak manager yang menjemput kami, tampaknya lihat muka-muka kelaparan dan kelelahan kami, jadi diajak makan deh ke kaiten sushi atau sushi rolling conveyor bar~

Nggak ada perbedaan besar antara Sushi Jepang dan Sushi Indonesia. Hanya dari ukuran per kepalnya aja yang lebih kecil. Dari segi rasa, lebih bervariasi yang di sana *ya iyalah*. Gue nggak begitu suka dengan sushi yang di Indonesia. Memang banyak variasinya, tapi udah kecampur-campur dengan mayones, custard, dan bahan-bahan lainnya demi menambah cita rasa dari sushi itu. Gue pribadi lebih suka dengan sushi yang bener-bener sushi. Ikan mentah ditaruh di atas nasi kepal nan pulen, cocol pakai shouyu (kecap asin Jepang) dan wasabi. Wasabi-nya lebih nendang, coy!! Tiati hidungnya meler....

Yang menarik adalah ocha-nya. Di atas meja tersedia beberapa keran air. Gue pikir ocha-nya dikeluarin dari situ. Ternyata eh ternyata.... Kita harus tuang bubuk tehnya yang ternyata terletak di sebelah keran. Setelah tuang bubuk sekitar 3-4 sendok teh (bisa 2 sendok teh supaya nggak terlalu pahit), kemudian tuang air panas dari keran. Jadilah Ocha~~~~ 🍵

Taste: 5/5
Portion Size: 4/5
Price: 4/5
 *started from 100 yen (1 yen +/- Rp 120,00)*


🎌 TSUKEMEN 🎌
Tsukemen porsi biasa dengan saus Ebi-Shouyu & Kare. Ada daging 🐷
My new favourite food from Japan!!
Yeah~ It's TSUKEMEN!!
Tsukemen itu mie yang cara makannya dicocol pakai saos. Sekilas mirip ramen, tapi dari segi kekenyalan dan tebalnya berbeda. Tsukemen lebih kenyal dan terasa tebal karena setelah direbus, mie-nya direndam di air dingin. Karena mie-nya tebal dan dingin, kuah saosnya dibuat panas dan kental.

Yang gue pesan waktu itu adalah tsukemen porsi biasa dengan kuah saus ebi-shouyu dan kare. Baunya nikmat banget, terlebih gue juga kelaperan karena kerja di kantor yang ruangannya dingin. Mie disajikan dingin, lengkap dengan daging babinya. Dicocol ke dalam saosnya, berasa terbang ke surga.......... *gue lebay,tapi nggak bohong*. Tsukemen yang gue pesan seharga +/- 900 - 1000 Yen. Kalau porsi jumbo sekitar 1200 - 1500 yen. Tergolong murah untuk makanan seenak ini...

Taste: 6/5!!
Portion size: 4/5
Price: 4/5
*it was cheap for lunch!*

🎌 TONKATSU 🎌
🐷 🐷 🐷 🐷 babi everywhere 🐷 🐷 🐷 🐷
Tonkatsu si daging babi ini, enaknya keterlaluan!
I couldn't describe the taste, it was TOO GREAT. I couldn't stop eating this when me and Alvin was invited to take a dinner at some traditional Japanese restaurant near Tokyo Dome. *broken english. Sorry*

Dagingnya lembut, juicy, gurih, dan renyah. Dimakan tanpa pake saos tonkatsu aja udah enak. Kalau ditambah saos tonkatsu, rasanya jadi lebih beragam karena saosnya berasa manis asem gurih. Ga perlu makan pake nasi juga udah berasa nikmat. Waktu itu sih gue makan nggak pake nasi (sok diet karbohidrat padahal malemnya beli cemilan di sevel).

Taste: 5/5
Portion size: 4/5
Price: 3,5/5
*I can't really remember the price. It wasn't cheap*

🎌 HAMBAGU 🎌
1 porsi nasi, daging hambagu, daging ayam fillet, spageti saos tomat, irisan daun kol bermayones + timun
MY FAVOURITE JAPANESE FOOOOODDDD
Yeah, I really love this food!! Hambagu!!

Mungkin buat kalian, nama 'hambagu' terdengar seperti hamburger. Tapi 'hamburger' yang ini berbeda. Daging sapi cincang lembut yang digoreng berbalut tepung dan saos barbeque-nya.... Sumpah bikin gue mau nambah makan lagi 😂 Waktu itu gue diajak makan siang sama salah satu karyawan kantor. Kami diajak ke sebuah restoran kecil di sekitar kantor. Seporsi hambagu dihargai 900 yen (setara Rp 100.000) dengan porsi yang (menurut gue) besar. Bener-bener kekenyangan sampe bego selepas makan. Begonya sampe nyenggol sepeda orang yang lagi diparkir di trotoar............

Taste: 10/5!!!!!!!!
Portion size: 5/5
Price: 5/5

🎌 KARI 🎌
Kari ala-ala India~
Gue pernah diajak oleh Pak CEO buat makan kari ala India. Katanya sih, beliau suka makan di situ. Masih di restoran dekat kantor, suasana restoran kali ini lebih berasa India (?) karena aksesoris restoran yang dipakai berhubungan dan menggambarkan dengan India, meskipun minimalis. Kalau masuk restorannya, kecium banget aroma rempah-rempahnya. Jadi kangen Indonesia....

Nah, yang gue pesan ini Kari dengan roti prata. Nggak nyangka bakalan ada nasi kuningnya (rasa kunyit tapi hambar). Kuah karinya ada yang rasa manis gurih dan ebi. Lauk pelengkap ada paha ayam bumbu pedas dan sejenis sosis beraneka rempah. Setelah beberapa hari makan makanan yang agak hambar, akhirnya makan makanan ramai rasa. Harganya gue agak lupa, tapi sekitar 1500 - 2000 yen per porsi.Mungkin tergolong mahal..

Taste: 4/5
Portion size: 4/5
Price: 3/5


🎌 TEMPURA 🎌
Tempura porsi jumbo punya Alvin, sebelah kanannya punya gue.
Nah, ini pasti semua udah tau.
Yup, Tempura! Waktu itu diajak makan siang (lagi) dan diajaknya ke Ten-ya (天や) yang berada sekitar 60 langkah kaki seorang gadis kecil dari kantor #plak

Ten-ya juga ada di Indonesia, tapi tentunya beda. Dari segi porsi, porsi yang di Jepang jauh lebih besar ketimbang di Indonesia, meskipun gue pesen porsi biasa. Kita bisa pesen telur setengah matang dingin yang nantinya dicampur di nasi, jadi nasinya lebih lengket dan gurih. Tempuranya pun lebih kripsi, meskipun agak hambar. Kayaknya bener-bener pure bahan makanan ditepungin, dikasih sedikit garem dan merica. Beruntungnya ada saos tempura dan sup miso yang menambah cita rasa. Harganya pun standar, mulai dari 450 yen untuk porsi biasa.

Taste: 3/5
Portion size: 3/5
Price: 4/5


 🎌 YAKINIKU 🎌
Abaikan muka gue. Fokus pada daging melayang.
Yang terakhir, adalah Yakiniku.
Well, kalo di Indonesia sih ada Hanamasa dan restoran sejenis yang menawarkan buffet.
Waktu itu, gue diajak ke Ame Yoko dan makan di salah satu restoran yakiniku.

Yang bikin berbeda adalah.... DAGINGNYA WUENAK SEMUA. Bahkan gue dipesenin wagyu sama Pak Manager. Harganya...... pokoknya kalo dirupiahin, angka nol-nya bisa ada 6. Apalagi waktu itu dipesenin niku moriawase, harganya makin..... 😰😰😰

Taste: 4/5
Portion size: 3/5
*too small, not enough 😕*
Price: 2/5
*it was expensive*


🍻 🍻 🍻 🍻 🍻


Yak, mungkin segini aja yang bisa gue tulis buat kalian (?) Memang makanannya cukup standar, soalnya gue ke Jepang bukan buat jalan-jalan, sih. Jadinya waktu buat menikmati Jepang-nya masih kurang.. Tapi gue tetep bersyukur bisa diberikan kesempatan buat menginjakkan kaki di sana selama satu minggu.. Dan semoga tulisan ini bisa jadi referensi buat kalian yang ingin ke Jepang~